Eksistensi SMK di Gorontalo: Antara Harapan, Realita, dan Arah Kebijakan Masa Depan

Eksistensi SMK di Gorontalo: Antara Harapan, Realita, dan Arah Kebijakan Masa Depan
Jamaluddin Hamid, SP., M.Si (Kepala SMK PPN Gorontalo)
banner 468x60

GONETNEWS.COM, Gorontalo – Di Provinsi Gorontalo, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi harapan besar dalam mencetak lulusan yang siap kerja, siap berwirausaha, atau melanjutkan studi. Tahun 2024, tercatat sebanyak 5.623 siswa lulus dari berbagai jurusan SMK. Namun, pertanyaan penting muncul: sejauh mana lulusan ini benar-benar terserap ke dunia kerja atau dunia usaha?

Data menunjukkan bahwa hanya 33,24% lulusan SMK yang langsung bekerja, sedangkan 21,09% memilih berwirausaha, dan 21,99% melanjutkan studi. Sisanya? Masih belum jelas arah masa depannya. Angka ini mengindikasikan bahwa hampir seperempat dari lulusan SMK di Gorontalo belum terserap secara produktif.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Jika ditelusuri lebih jauh, ada beberapa bidang keahlian yang tergolong cukup berhasil dalam menyerap lulusan. Bidang seperti teknologi dan rekayasa, pariwisata, agribisnis dan agroteknologi, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mencatat penyerapan kerja yang cukup baik, yaitu berkisar 36–39% dari total lulusan yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut relatif relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini, baik secara lokal maupun nasional.

Namun di sisi lain, bidang seperti bisnis manajemen, kemaritiman, industri kreatif, dan terutama kesehatan, mencatat penyerapan kerja yang rendah (di bawah 30%). Menariknya, meskipun bidang kesehatan minim serapan kerja langsung, justru mendominasi lulusan yang melanjutkan studi dengan angka mencapai 70,79%. Ini menunjukkan bahwa banyak lulusan dari jurusan kesehatan belum siap langsung bekerja dan memilih jalur pendidikan lebih lanjut untuk memperkuat kompetensinya.

Sementara itu, dari sisi kewirausahaan, bidang industri kreatif dan agribisnis/agroteknologi menunjukkan performa terbaik. Sekitar 26,5% lulusan dari dua jurusan ini memutuskan menjadi wirausaha, menunjukkan adanya potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif dan usaha berbasis potensi local(Pertanian). Sayangnya, jurusan-jurusan lain masih tertinggal dalam menumbuhkan semangat dan keterampilan wirausaha—bahkan bidang kesehatan hanya mencatat angka wirausaha sebesar 5,06%.

Yang paling menjadi perhatian adalah tingkat pengangguran berdasarkan jurusan. Bidang teknik dan bisnis sepeda motor mencatat tingkat pengangguran tertinggi sebesar 26,87%, disusul oleh teknik konservasi sumber daya hutan (20%), desain pemodelan dan informasi bangunan (18,75%), akuntansi dan keuangan lembaga (15,87%), serta teknik pemesinan (15,62%). Data ini mengisyaratkan perlunya evaluasi serius terhadap relevansi jurusan-jurusan tersebut terhadap kondisi dunia kerja saat ini.

Melihat fenomena ini, sudah saatnya pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan vokasi di Gorontalo melakukan reposisi strategi. Bidang keahlian dengan tingkat pengangguran tinggi perlu dikaji ulang, dan jika perlu, jumlah penerimaan siswa baru di jurusan tersebut dikurangi secara bertahap atau pemerintah menyiapkan lapangan kerja yang lebih banyak.  Sebaliknya, jurusan yang menunjukkan prospek kerja atau wirausaha tinggi seperti agribisnis (Pertanian), TIK, pariwisata, dan industri kreatif perlu diperkuat dan dikembangkan.

Tak hanya itu, perluasan kerja sama dengan dunia usaha dan industri lokal juga menjadi kunci. Program magang, pelatihan langsung di industri, hingga penyusunan kurikulum berbasis kebutuhan nyata di lapangan perlu lebih diintensifkan. Untuk lulusan yang berwirausaha, pendampingan, akses modal, dan pelatihan kewirausahaan harus difasilitasi secara berkelanjutan, khususnya bagi jurusan yang sudah menunjukkan kecenderungan kuat ke arah itu.

Terakhir, pemerintah juga perlu mendorong lahirnya lebih banyak jalur pendidikan lanjutan yang terintegrasi dengan SMK, terutama untuk bidang seperti kesehatan, di mana lulusan cenderung membutuhkan pendidikan tambahan untuk bisa benar-benar siap kerja.

Dengan pembenahan yang terarah, SMK di Gorontalo bisa menjadi pilar penting dalam mencetak generasi muda yang bukan hanya siap kerja, tapi juga mampu menciptakan pekerjaan. Pendidikan vokasi bukan sekadar jalur cepat ke dunia kerja, tetapi harus menjadi jalan strategis dalam pembangunan ekonomi daerah berbasis potensi dan kekuatan local. (GN-02)

 

Penulis : Jamaluddin Hamid, SP., M.Si (Kepala SMK PPN Gorontalo)

Sumber data : Hasil penelusuran tamatan SMK tahun 2024 oleh Kementerian Dasar dan Menengah RI.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *